Emas Melonjak ke Rekor Tertinggi di Atas $3.900/oz di Tengah Pelemahan Yen dan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga AS

 Ada pertempuran yang sedang berlangsung untuk memenangkan pasar ekspor energi antara dua ekonomi terbesar dunia: AS ingin dunia membeli bahan bakar fosilnya, sementara China ingin menjual teknologi energi bersihnya kepada dunia.

Untuk saat ini, ada pemenang yang jelas: Cina.

Ekspor kendaraan listrik, panel surya, baterai, dan teknologi pengurangan karbon lainnya di Tiongkok telah meningkat selama bertahun-tahun. Ekspor mencapai rekor pada bulan Agustus, dengan pengiriman produk senilai US$20 miliar secara global, menurut laporan terbaru dari lembaga riset Ember. "Tiongkok mencapai rekor nilai ekspor teknologi bersih meskipun harga teknologi telah turun tajam," kata Euan Graham, analis data di Ember. AS, yang telah memposisikan diri sebagai eksportir bahan bakar fosil utama, menjual minyak dan gas ke luar negeri senilai US$80 miliar hingga Juli, bulan terakhir dengan data yang tersedia. Tiongkok mengekspor teknologi hijau senilai US$120 miliar selama periode yang sama.

Tren ini terus berlanjut. AS mencapai rekor ekspor minyak pada tahun 2024, menurut Badan Informasi Energi (EIA). Namun, ekspor teknologi bersih Tiongkok justru lebih tinggi sebesar US$30 miliar. Dolar hanya mencerminkan sebagian dari keseluruhan cerita. Harga panel surya sedang turun, yang berarti Tiongkok mengekspor lebih banyak panel surya per dolar yang diperoleh. Pendapatan ekspor surya bulan Agustus tidak mendekati rekor tertinggi yang dicapai pada Maret 2023. Namun, kapasitas daya 46.000 megawatt yang dikirim ke luar negeri mencetak rekor.

Yang krusial, ekspor Tiongkok ke pasar negara berkembang berkembang pesat. Tahun ini, lebih dari separuh ekspor mobil listrik Tiongkok berasal dari luar Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sebuah klub negara kaya. AS, di bawah masa jabatan pertama Presiden Donald Trump dan kemudian mantan Presiden Joe Biden, mendorong peningkatan produksi minyak dan gas. Akibatnya, negara tersebut dengan cepat meningkatkan ekspor minyak dan gas. Trump berupaya mendorong produksi lebih tinggi lagi di masa jabatan keduanya dengan melonggarkan regulasi sekaligus melumpuhkan sektor teknologi hijau.

Perlu dicatat bahwa Tiongkok adalah importir minyak dan gas yang besar, dan sangat haus energi sehingga menggunakan sebagian besar teknologi bersih yang diproduksinya. Kuartal ini, Tiongkok akan menjual lebih banyak mobil listrik di dalam negeri daripada semua mobil yang dijual di AS, terlepas dari jenis bahan bakarnya. AS, di sisi lain, dapat memenuhi semua kebutuhan bahan bakar fosilnya. Namun, kedua negara memiliki kelebihan kapasitas di bidang kekuatan mereka, yang membantu mereka menghasilkan pendapatan ekspor miliaran dolar setiap tahun. AS dapat meningkatkan ekspor bahan bakar fosil lebih lanjut dan mulai mendapatkan lebih banyak pendapatan daripada Tiongkok dari barang-barang rendah karbon yang semakin murah. Namun, pengaruh Tiongkok di antara negara-negara lain kemungkinan akan tumbuh karena volume ekspor teknologi bersihnya akan terus meningkat.

Dari sudut pandang negara-negara pengimpor barang dan teknologi energi Amerika atau Tiongkok, perbedaannya sangat jelas: "Ekspor energi bersih adalah perangkat keras, yang setelah dibeli suatu negara, akan menghasilkan listrik selama satu atau dua dekade mendatang," kata Greg Jackson, CEO Octopus Energy, pengecer energi terbesar di Inggris. "Sedangkan untuk gas, begitu Anda membelinya, Anda menggunakannya, gas itu akan habis selamanya."

Sumber: Theedgemarkets

Setiap beberapa bulan, kiriman suku cadang mobil keluar dari jalur produksi di sebuah kota industri di Sungai Yangtze yang perkasa di Tiongkok. Mesin dan sasisnya dikirim ke pabrik lain untuk dirakit setengah jadi menjadi apa yang dikenal sebagai "knock down", sebelum dimuat ke dalam kontainer dan dikirim ke tujuan akhir — Iran. Namun, mobil-mobil setengah jadi ini tidak dibayar tunai. Sebaliknya, mereka ditukar dengan kontainer berisi tembaga dan seng Iran untuk memasok industri logam Tiongkok yang besar. Perdagangan mobil-untuk-logam, yang dijelaskan kepada Bloomberg News oleh empat orang yang mengetahui situasi tersebut, menawarkan wawasan langka tentang bagaimana gelombang sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memecah belah sistem perdagangan global dan memicu kebangkitan kembali seni barter yang telah lama ada.

Perdagangan barter berputar di sekitar sekelompok perusahaan dari provinsi Anhui di jantung industri Tiongkok – di antaranya Chery Automobile, pembuat mobil yang bulan lalu mengumpulkan $1,2 miliar dalam penawaran umum perdana di Hong Kong, dan Tongling Nonferrous Metals Group Holdings, perusahaan logam terkemuka. Sekarang sebagai eksportir mobil Tiongkok terbesar ke dunia dan perusahaan kendaraan penumpang terbesar ke-11 secara global, suku cadang mobil Chery membentuk hubungan utama dalam jaringan perdagangan yang kompleks di mana kendaraan telah ditukar dengan logam dan bahkan kacang mete untuk menghindari sakit kepala pembayaran yang diciptakan oleh gelombang sanksi AS yang terus meluas.

Tidak ada indikasi bahwa Chery, Tongling, atau perusahaan lain yang disebutkan dalam cerita ini melanggar sanksi.

Produsen mobil tersebut sebenarnya tidak melakukan barter langsung dengan Iran, melainkan menjual suku cadang dan teknologi ke perusahaan lain di Provinsi Anhui, yang kemudian merakitnya menjadi kendaraan semi-knock down yang kemudian dikirim ke Iran, ujar sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya saat membahas informasi pribadi. Sanksi AS dan Eropa terhadap Iran berlaku khusus untuk individu dan perusahaan dari negara-negara tersebut dan siapa pun yang menggunakan mata uang mereka, yang berarti perusahaan Tiongkok dapat terus berbisnis di sana tanpa melanggar sanksi apa pun selama mereka berdagang dalam rial atau yuan. Berdasarkan hukum Tiongkok, perdagangan dengan Iran tetap legal. Perwakilan dari Chery dan Tongling tidak menanggapi beberapa permintaan komentar untuk artikel ini.

Sejak didirikan tiga dekade lalu, Chery telah menjadi kisah sukses bagi kebijakan perdagangan luar negeri Beijing di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan, melakukan bisnis di mana-mana dari Iran dan Kuba ke Rusia, di mana sejak 2022 Chery telah bersaing dengan Philip Morris untuk gelar perusahaan asing terbesar berdasarkan pendapatan. Dan telah menjadikan provinsi asalnya Anhui menjadi produsen mobil nomor satu Tiongkok pada paruh pertama tahun 2025, memenuhi tujuan untuk mengubah kampung halamannya Wuhu menjadi "Detroit-nya Tiongkok." Dalam prospektus IPO-nya, perusahaan mengatakan bahwa mereka telah berhenti melakukan bisnis di Iran dan Kuba pada akhir tahun 2024, dan berjanji untuk mengurangi bisnisnya di Rusia ke tingkat yang "dapat diabaikan" pada tahun 2027. Dikatakan penasihat hukumnya Hogan Lovells telah menilai bahwa kegiatannya di negara-negara yang dikenai sanksi "tidak mewakili kegiatan sanksi utama atau pelanggaran sanksi utama AS dan risiko sanksi sekunder relatif terbatas."

Namun, perlu dicatat bahwa bank-bank yang memimpin IPO Chery semuanya berasal dari Tiongkok; perusahaan telah memilih JPMorgan Chase Co. untuk menjadi bagian dari kesepakatan tersebut, tetapi bank AS tersebut mengundurkan diri sebelum menandatangani mandat resmi. JPMorgan memiliki kekhawatiran tentang pengungkapan Chery, termasuk tentang hubungan bisnisnya dengan negara-negara yang terkena sanksi, menurut tiga orang yang mengetahui masalah ini, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, yang membahas pertimbangan pribadi.

Seorang perwakilan JPMorgan menolak berkomentar.

Kantor Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan tidak mengetahui adanya perdagangan tersebut, tetapi "pada prinsipnya, Tiongkok selalu dengan tegas menentang sanksi sepihak yang ilegal. Kerja sama normal antara negara-negara dan Iran dalam kerangka hukum internasional adalah wajar, adil, dan sah, serta harus dihormati dan dilindungi."

Chery pertama kali memasuki pasar Iran pada tahun 2004, mendirikan perusahaan dengan mitra lokal. Perusahaan patungan lokal tersebut, yang disebut Modiran Vehicle Manufacturing, atau MVM, kemudian menjadi merek mobil asing terpopuler di negara tersebut.

Masa itu merupakan masa ekspansi Chery yang pesat. Perusahaan ini baru berdiri beberapa tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 1997, ketika pemerintah Wuhu mendatangkan seorang insinyur muda bernama Yin Tongyue untuk membangun sebuah pabrik mobil lokal. Industri tekstil, yang menjadi tulang punggung perekonomian kota, sedang mengalami masa-masa sulit sehingga pemerintah daerah perlu mencari pendorong pertumbuhan baru. Sebagai putra seorang petani yang tumbuh besar di Provinsi Anhui, Yin membeli sebuah pabrik perakitan di Spanyol dan sebuah pabrik mesin di Inggris, lalu memindahkan keduanya ke Wuhu, dan memproduksi mobil pertamanya pada tahun 1999.

Pasar ekspor segera menjadi kekuatan terbesar Chery. Perusahaan mulai menjual mobilnya di luar negeri pada tahun 2001, jauh sebelum kebanyakan merek mobil Cina lainnya, ketika seorang dealer mobil Suriah yang sedang berkunjung ke Cina melihat sebuah mobil Chery di jalan, dan membujuk Yin untuk mengizinkannya mengimpor beberapa kendaraan tersebut, menurut sebuah wawancara yang dilakukan Yin pada tahun 2018.

Sejak saat itu, memproduksi mobil murah dan menjualnya ke seluruh dunia telah menjadi bagian penting dari strategi Chery — model terpopulernya dibanderol dengan harga setara dengan $7.000. Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun produsen mobil Tiongkok pesaingnya telah membuat kemajuan pesat dalam teknologi kendaraan listrik dan meningkatkan ekspor mereka sendiri, Chery tetap mempertahankan posisinya sebagai eksportir kendaraan penumpang bermerek Tiongkok terbesar berkat armada mobil murah berbahan bakar bensin yang lebih terjangkau dibandingkan produk pesaing seperti BYD Co. Tahun lalu, 40% penjualannya berasal dari luar Tiongkok. Grup ini melaporkan total pendapatan tahunan sebesar 270 miliar yuan ($38 miliar) untuk tahun 2024.

Selama bertahun-tahun, Iran merupakan pasar internasional terpenting Chery. Pada tahun 2016, negara tersebut menyumbang lebih dari separuh penjualan internasionalnya, menurut prospektus obligasi lokal. "Saya bangga melihat mobil Chery ada di mana-mana di Iran," ujar Yin dalam sebuah wawancara tahun itu saat mendampingi Presiden Xi Jinping dalam kunjungan kenegaraan ke Iran – satu-satunya eksekutif otomotif Tiongkok yang melakukannya. "Mobil Tiongkok ibarat sistem kereta api cepat kami: bernilai tambah dan berkualitas baik, dapat mewakili Tiongkok dan layak dipasarkan di luar negeri."

Perdagangan barter dengan Iran dimulai sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, menurut orang-orang yang mengetahui perdagangan tersebut. Pergeseran ini bertepatan dengan eskalasi tajam sanksi AS terhadap Iran pada masa jabatan pertama Donald Trump sebagai presiden. Sanksi tersebut—akibat keputusan Trump untuk membatalkan perjanjian nuklir 2015—secara drastis mengurangi akses Iran ke sistem keuangan global, sehingga mempersulit perusahaan-perusahaan Iran untuk membayar barang-barang impor.

Prospektus obligasi lokal Chery memberikan gambaran sekilas tentang skala potensi masalah tersebut. Pada Maret 2017, afiliasi Chery di Iran, MVM, berutang kepada perusahaan Tiongkok tersebut sebesar 2,2 miliar yuan ($325 juta) – eksposur terbesarnya. Berdasarkan hukum dan peraturan Tiongkok, perdagangan dengan Iran tetap legal dan diplomat Tiongkok berulang kali menyatakan bahwa Beijing akan mempertahankan kerja sama ekonominya dengan Iran meskipun ada sanksi AS.

Namun, pembatasan yang lebih ketat menimbulkan banyak masalah. Dalam praktiknya, perusahaan-perusahaan besar milik negara Tiongkok – terutama yang memiliki jaringan luas di luar negeri di bidang keuangan dan sektor lainnya – menjadi sangat konservatif dan umumnya menghindari hubungan bisnis langsung dengan entitas Iran. Akibatnya, perdagangan antara Tiongkok dan Iran mulai dilakukan melalui berbagai lapisan perusahaan cangkang.

Maka dimulailah perdagangan barter mobil dengan logam — dengan dua perusahaan lain dari provinsi Anhui memainkan peran kunci.

Salah satunya adalah Tongling Nonferrous Metals Group Holdings, salah satu perusahaan logam terbesar di Tiongkok. Perusahaan ini berkantor pusat di kota Tongling – hanya 90 kilometer dari Wuhu di Provinsi Anhui – lokasi industri tembaga pertama di Tiongkok modern, tempat pembangunan tambang dan peleburan dimulai tepat setelah Republik Rakyat Tiongkok terbentuk pada tahun 1949. Kini, Tongling memainkan peran kunci dalam perdagangan barter – membantu Tiongkok mengakses bijih logam Iran yang kaya di pasar yang semakin kompetitif.

Kesepakatan itu membayangkan penjualan hingga 90.000 mobil per tahun, salah satu orang mengatakan. Chery akan memasok suku cadang dan teknologi ke perusahaan ketiga yang berbasis di provinsi Anhui, di kota Anqing, yang kemudian akan mengirimkannya ke Iran, biasanya dalam bentuk "semi-knock down". Begitu tiba di Iran, kendaraan akan dirakit secara lokal dan dijual dengan merek MVM. Sebagai imbalannya, nilai logam Iran yang setara — sebagian besar dalam bentuk bijih dan konsentrat yang belum diproses — akan dikirim ke Tiongkok, di mana tim komersial Tongling akan menjadi perantara distribusinya ke perusahaan Tiongkok lainnya. Chery dan Tongling adalah dua perusahaan terbesar di provinsi Anhui, dan keduanya memiliki kepemilikan negara yang signifikan: perusahaan induk Tongling sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah provinsi Anhui, sementara pemegang saham terbesar Chery adalah pemerintah kota Wuhu. Email ke regulator aset milik negara Anhui tidak dijawab.

Jumlah dan jenis logam yang dijual berdasarkan kesepakatan ini bervariasi selama bertahun-tahun. Beberapa sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya menjelaskan bahwa paket logam Iran, termasuk tembaga dan seng, terkadang dijual di pasar Tiongkok sehubungan dengan kesepakatan barter ini. Dan bukan hanya logam: beberapa sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa beberapa produk pertanian Iran, termasuk kacang mete, dalam beberapa tahun terakhir juga telah dikirim ke Tiongkok dengan imbalan kendaraan.

Nilai tukar yang terlibat dalam barter mobil-untuk-logam relatif kecil, setara dengan ratusan juta dolar menurut perhitungan Bloomberg, dibandingkan dengan total ekspor Tiongkok ke Iran yang mencapai sekitar $9 miliar tahun lalu. Namun, hal ini menyoroti kebangkitan perdagangan barter yang dipicu oleh gelombang sanksi Barat yang berturut-turut.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, perdagangan barter relatif umum, karena perpecahan politik Tirai Besi dan runtuhnya Uni Soviet menyebabkan mata uang keras seringkali tidak dapat diakses atau bahkan tidak ada. Para pedagang komoditas menukar cerutu Kuba dengan susu bubuk dan kapas Uzbekistan dengan jagung.

Perdagangan barter sudah tidak digunakan lagi dalam tiga dekade terakhir, karena dolar mendominasi arus perdagangan global akibat skala sistem perbankan AS dan dominasi kontrak berdenominasi dolar untuk penetapan harga komoditas. Meskipun hal ini masih terjadi secara luas, maraknya sanksi dalam beberapa tahun terakhir telah mulai memacu peningkatan penggunaan berbagai mata uang dan bahkan barter komoditas dari Rusia, Venezuela, Iran, dan negara-negara lain. Sri Lanka, misalnya, telah menukar teh dengan minyak Iran, sementara baru-baru ini Beijing mengirimkan suku cadang mobil senilai $2 juta ke Iran dengan imbalan pistachio. Perdagangan barter dengan Rusia juga semakin umum sejak tahun 2022, ketika sejumlah sanksi Barat telah menempatkan perekonomian di bawah tekanan yang berat. Kementerian ekonomi negara itu bahkan menerbitkan panduan untuk perdagangan barter tahun lalu.

Bagi Chery, arus perdagangan yang melibatkan Iran — dan juga negara-negara lain yang terkena sanksi — telah menimbulkan masalah saat perusahaan itu bersiap dalam beberapa bulan terakhir untuk menjual sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya.

Dalam prospektusnya, disebutkan bahwa Iran dan Kuba masing-masing menghasilkan tidak lebih dari 0,5% pendapatannya dalam tiga tahun terakhir. Rusia menyumbang sebanyak 25,5% dari total pendapatannya pada tahun 2023, tetapi telah mulai mengurangi bisnisnya dengan menjual beberapa aset lokal dan saluran distribusi pada bulan April. Namun, tidak ada bank Barat yang memimpin IPO Chery, sebagian karena kekhawatiran atas pengungkapannya tentang pekerjaannya di negara-negara yang disanksi termasuk Iran, menurut beberapa sumber. Masalah yang sama juga membuat beberapa calon investor enggan, kata sumber tersebut. Pada akhirnya, Chery menjual 5% sahamnya dalam IPO tersebut. Investor tunggal terbesar, yang mengambil sekitar satu dari setiap tujuh saham yang ditawarkan, adalah sebuah perusahaan investasi milik negara Tiongkok.

Sumber: Bloomberg Eropa

Poin-poin Utama:

Minat terbuka Bitcoin telah mencapai puncak historisnya sebesar $90,717 miliar, didorong oleh masukan utama dari CME dan Binance, yang menandakan peningkatan likuiditas per Oktober 2025. Tonggak sejarah ini menunjukkan peningkatan keterlibatan institusional dan ritel, potensi peningkatan volatilitas pasar, dan mencerminkan meningkatnya kepercayaan terhadap derivatif Bitcoin. Peningkatan aktivitas CME menyoroti daya tarik perdagangan yang didukung oleh regulasi.

CME dan Binance Dorong Lonjakan Kripto Senilai $90,7 Miliar

Peningkatan minat terbuka ini menyoroti pasar yang terus berkembang. Likuiditas dan potensi volatilitas meningkat, didorong oleh meningkatnya partisipasi dari dana teregulasi, manajer aset, dan bursa kripto yang signifikan. Angka-angka yang disajikan menunjukkan meningkatnya kepercayaan terhadap kontrak berjangka Bitcoin, yang berpotensi memengaruhi harga pasar spot karena meningkatnya aktivitas perdagangan.

Para pakar industri, seperti CEO Binance, Richard Teng, telah mencatat bahwa minat terbuka yang tinggi menunjukkan kematangan pasar BTC, meskipun belum ada reaksi publik langsung dari tokoh-tokoh institusional penting seperti CEO CME, Terry Duffy, atau CEO Binance, Richard Teng. "Kami melihat peningkatan derivatif sebagai tanda yang jelas dari kematangan pasar, yang mencerminkan peningkatan minat dan partisipasi dalam ekosistem." Tonggak sejarah ini mencerminkan minat investor yang lebih luas terhadap aset digital.

Para pakar industri, seperti CEO Binance, Richard Teng, telah mencatat bahwa minat terbuka yang tinggi menunjukkan kematangan pasar BTC, meskipun belum ada reaksi publik langsung dari tokoh-tokoh institusional penting seperti CEO CME, Terry Duffy, atau CEO Binance, Richard Teng. "Kami melihat peningkatan derivatif sebagai tanda yang jelas dari kematangan pasar, yang mencerminkan peningkatan minat dan partisipasi dalam ekosistem." Tonggak sejarah ini mencerminkan minat investor yang lebih luas terhadap aset digital.

Wawasan Pakar dan Konteks Historis tentang Pertumbuhan BTC

Tahukah Anda? Harga tertinggi sebelumnya dalam kontrak berjangka Bitcoin sering kali bertepatan dengan perubahan kebijakan, seperti pengumuman ETF Bitcoin 2024, yang menambah momentum pasar dan fluktuasi harga.

Bitcoin (BTC), yang saat ini diperdagangkan pada harga $124.000,69, memiliki kapitalisasi pasar sekitar $2,47 triliun, mendominasi 58,45% pasar kripto menurut CoinMarketCap. Perdagangan 24 jamnya mencatat hampir $73,60 miliar, melonjak 99,01%. BTC melonjak 14,56% dalam 90 hari, menunjukkan minat yang kuat.

Bitcoin (BTC), grafik harian, tangkapan layar di CoinMarketCap pada pukul 00:24 UTC tanggal 6 Oktober 2025. Sumber: CoinMarketCap

Sumber: CryptoSlate

Harga minyak naik setelah OPEC+ setuju untuk menaikkan produksi dalam jumlah sedang, meredakan kekhawatiran para pedagang akan kenaikan produksi yang sangat besar.

Brent naik di atas $65 per barel, sementara West Texas Intermediate mendekati $61. Dalam pertemuan hari Minggu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra-mitranya, termasuk Rusia, mendukung kenaikan harga sebesar 137.000 barel per hari, jauh di bawah beberapa angka yang mungkin dilaporkan sebelum keputusan tersebut.

Pergerakan ini "jelas berada di sisi yang lebih rendah dari ekspektasi," kata Chris Weston, kepala riset di Pepperstone Group, yang mengaitkan kenaikan harga dengan para pedagang—yang telah bersiap untuk kenaikan yang lebih besar—yang menyesuaikan posisi taktis mereka. Kenaikan harga OPEC+ "tidak akan mendukung gagasan pasar yang kelebihan pasokan pada tahun 2026, dan oleh karena itu, kenaikan dalam reli ini seharusnya terbatas," ujarnya.

Harga minyak mentah telah menurun tahun ini — termasuk penurunan 8% minggu lalu — di tengah kekhawatiran bahwa pasokan global akan melampaui permintaan. Badan Energi Internasional (IEA) telah memperkirakan surplus tahunan yang memecahkan rekor untuk tahun 2026, dan banyak bank di Wall Street telah memperkirakan harga yang lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang karena saldo melemah.

Keputusan terbaru kelompok tersebut muncul meskipun sebelumnya terdapat perbedaan pendapat antara para pemimpin bersama, Saudi dan Rusia. Menjelang sesi yang hanya berlangsung sembilan menit, Moskow telah mendukung penyesuaian yang akan membantu mempertahankan harga, menurut dua sumber. Namun, Riyadh — yang lebih memperhatikan pangsa pasar — ​​mengindikasikan dukungannya terhadap penambahan yang lebih besar, ujar salah satu sumber.

OPEC+ telah secara bertahap melonggarkan pembatasan pasokan tahun ini dalam upaya untuk merebut kembali pangsa pasar dari para pengebor di luar aliansi. Kelompok ini awalnya sepakat untuk mengembalikan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari yang dihentikan secara bertahap, dan kemudian menindaklanjutinya dengan mengatasi lapisan produksi lain yang telah dibatasi. Namun, peningkatan produksi aktual masih jauh dari angka-angka utama.

"Neraca telah bergeser secara signifikan menjadi surplus setelah periode ketat yang dimulai pada pertengahan 2024 hingga 2025," kata Susan Bell, analis di Rystad Energy AS. "Pasokan hanya bergerak satu arah, dan dengan melemahnya permintaan, sisa tahun 2025 akan menjadi pukulan ganda bagi harga minyak mentah."

Perdagangan pada tahap awal sesi lebih sibuk dari biasanya, dengan sekitar 2.000 lot masing-masing Brent dan WTI diperdagangkan melintasi kurva dalam lima menit pertama.

Sumber: Theedgemarkets

Sumber: Bloomberg Eropa

Sumber: Reuters