Kutipan
Berita
Analisis
Pengguna
24/7
Kalender Ekonomi
Pendidikan
Data
- Nama
- Nilai Terbaru
- Sblm.












Akun Sinyal untuk Anggota
Semua Akun Sinyal
Semua Kontes



China, Daratan Uang Beredar M1 YoY (Nov)S:--
P: --
S: --
India IHK YoY (Nov)S:--
P: --
S: --
India Pertumbuhan Deposito YoYS:--
P: --
S: --
Brazil Pertumbuhan Sektor Jasa YoY (Okt)S:--
P: --
S: --
Meksiko Nilai Produksi Industri YoY (Okt)S:--
P: --
S: --
Rusia Akun Perdagangan (Okt)S:--
P: --
S: --
Presiden Fed Philadelphia Henry Paulson menyampaikan pidato
Kanada Izin Konstruksi MoM (Penyesuaian Per Kuartal) (Okt)S:--
P: --
S: --
Kanada Penjualan Grosir YoY (Okt)S:--
P: --
S: --
Kanada Stok Grosir MoM (Okt)S:--
P: --
S: --
Kanada Stok Grosir YoY (Okt)S:--
P: --
S: --
Kanada Penjualan Grosir MoM (Penyesuaian Per Kuartal) (Okt)S:--
P: --
S: --
Jerman Rekening Koran (Sebelum Penyesuaian Per Kuartal) (Okt)S:--
P: --
S: --
Amerika Serikat Total Pengeboran MingguanS:--
P: --
S: --
Amerika Serikat Total Nilai Pengeboran Bahan Bakar Fosil MingguanS:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Prospek Manufaktur Kecil Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Difusi Non-Manufaktur Besar Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Prospek Non-Manufaktur Besar Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Prospek Manufaktur Besar Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Difusi Manufaktur Kecil Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Indeks Difusi Manufaktur Besar Tankan (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
Jepang Nilai Belanja Modal Perusahaan-Besar Tankan YoY (kuartal 4)S:--
P: --
S: --
U.K. Indeks Harga Properti Residential - Rightmove YoY (Des)S:--
P: --
S: --
China, Daratan Output Industri YoY (Awal Sampai Akhir Tahun) (Nov)S:--
P: --
S: --
China, Daratan Tingkat Pengangguran Perkotaan (Nov)S:--
P: --
S: --
Arab Saudi IHK YoY (Nov)S:--
P: --
S: --
Zona Euro Output Industri YoY (Okt)S:--
P: --
S: --
Zona Euro Output Industri MoM (Okt)S:--
P: --
S: --
Kanada Tingkat Penjualan Rumah Siap Huni MoM (Nov)S:--
P: --
S: --
U.K. Ekspektasi Inflasi--
P: --
S: --
Zona Euro Total Aset Cadangan (Nov)--
P: --
S: --
Kanada Indeks Keyakinan Ekonomi Nasional--
P: --
S: --
Kanada Konstruksi Rumah Baru (Nov)--
P: --
S: --
Amerika Serikat Indeks Tenaga Kerja Manufaktur Fed New York (Des)--
P: --
S: --
Amerika Serikat Indeks Manufaktur Fed New York (Des)--
P: --
S: --
Kanada IHK Inti YoY (Nov)--
P: --
S: --
Kanada Pesanan Belum Selesai Manufaktur MoM (Okt)--
P: --
S: --
Amerika Serikat Indeks Akuisisi Harga Produsen Fed New York (Des)--
P: --
S: --
Amerika Serikat Indeks Pesanan Baru Manufaktur Fed NY (Des)--
P: --
S: --
Kanada Pesanan Baru Manufaktur MoM (Okt)--
P: --
S: --
Kanada IHK Inti MoM (Nov)--
P: --
S: --
Kanada Nilai Rata-Rata Terpangkas IHK YoY (Penyesuaian Per Kuartal) (Nov)--
P: --
S: --
Kanada Stok Manufaktur MoM (Okt)--
P: --
S: --
Kanada IHK YoY (Nov)--
P: --
S: --
Kanada IHK MoM (Nov)--
P: --
S: --
Kanada IHK YoY (Penyesuaian Per Kuartal) (Nov)--
P: --
S: --
Kanada IHK Inti MoM (Penyesuaian Per Kuartal) (Nov)--
P: --
S: --
Kanada IHK MoM (Penyesuaian Per Kuartal) (Nov)--
P: --
S: --
Gubernur Dewan Federal Reserve Milan menyampaikan pidato
Amerika Serikat Indeks Pasar Properti NAHB (Des)--
P: --
S: --
Australia Nilai Awal PMI Komposit (Des)--
P: --
S: --
Australia Nilai Awal PMI Sektor Jasa (Des)--
P: --
S: --
Australia Nilai Awal PMI Manufaktur (Des)--
P: --
S: --
Jepang Nilai Awal PMI Manufaktur (Penyesuaian Per Kuartal) (Des)--
P: --
S: --
U.K. Perubahan Jumlah Tenaga Kerja ILO 3-Bulan (Okt)--
P: --
S: --
U.K. Jumlah Klaim Pengangguran (Nov)--
P: --
S: --
U.K. Tingkat Pengangguran (Nov)--
P: --
S: --
U.K. Suku Bunga Pengangguran ILO 3 Bulan (Okt)--
P: --
S: --
U.K. Upah Rata-Rata Tiap-Minggu, Termasuk Bonus Jangka 3-Bulan, YoY (Okt)--
P: --
S: --
U.K. Upah Rata-Rata Tiap-Minggu, Tidak Termasuk Bonus Jangka 3-Bulan YoY (Okt)--
P: --
S: --


Tidak Ada Data Yang Cocok
Opini Terbaru
Opini Terbaru
Topik Populer
Kolumnis Teratas
Terbaru
Label putih
Data API
Web Plug-ins
Program Afiliasi
Lihat Semua

Tidak ada data





KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berpeluang menguat terbatas pada perdagangan hari ini (15/12/2025). Sentimen yang menopang pergerakan IHSGberasal dari kombinasi sentimen global yang cenderung positif namun belum cukup kuat untuk mendorong reli lanjutan.
Head of Retail Research MNC SekuritasHerditya Wicaksanamengatakan, pergerakan IHSG belakangan ini dipengaruhi oleh sejumlah sentimen eksternal.
“Beberapa sentimen mempengaruhi IHSG, di antaranya rilis data makro China seperti neraca dagang yang relatif meningkat, rilis data pekerjaan AS yang melemah, serta adanya pemangkasan suku bunga The Fed ke level 3,75% meskipun data makro AS dinilai belum stabil,” ujar Herditya kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Selain itu, penguatan harga komoditas emas global juga memberikan sentimen positif ke pasar saham domestik. “Penguatan harga emas global berpengaruh positif terhadap emiten berbasis emas,” tambahnya.
Untuk perdagangan hari ini,Herditya menilai ruang penguatan IHSG masih terbatas. “Pada Senin, IHSG masih berpeluang menguat namun cenderung terbatas, dengan level support di 8.620 dan resistance di 8.686,” jelasnya.
Dari sisi sentimen, investor akan mencermati rilis data penjualan ritel China serta pergerakan harga emas dunia. “Sentimen pasar juga akan dipengaruhi oleh rilis data retail China dan harga emas global yang diperkirakan masih berpeluang menguat,” kata Herditya.
Adapun saham-saham yang dapat dicermati investor pada perdagangan hari ini (15/12/2025) antara lain PT Elnusa Tbk (ELSA) di kisaran Rp 510-Rp 520, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk(CBDK) pada rentang Rp 9.225-Rp 9.525, serta PT Raharja Energi Cepu Tbk(RATU) di area Rp 12.250-Rp 12.675.





KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berpeluang menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (15/12/2025), setelah berhasil bertahan di atas area demand zone pada penutupan akhir pekan lalu.
IHSG ditutup menguat 40,02 poin atau 0,46% ke level 8.660,50 pada perdagangan Jumat (12/12/2025). Penguatan ini terjadi setelah IHSG sempat mengalami tekanan pada sesi sebelumnya akibat aksi jual.
Praktisi pasar modal sekaligus pendiri WH-ProjectWilliam Hartanto menilai, secara teknikal, IHSG masih relatif terjaga. “IHSG masih bertahan di atas demand zone 8.612. Ini menjadi fase jenuh jual setelah pelemahan signifikan pada 11 Desember 2025,” tulis William dalam riset yang dikutip Kontan, Minggu (14/12/2025).
Dari sisi pola pergerakan harga, William menyoroti sinyal teknikal yang mulai membaik. “Secara teknikal, candlestick IHSG membentuk pola dragonfly doji, yang mengindikasikan kondisi jenuh jual dan potensi rebound,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, peluang akumulasi dinilai masih terbuka selama level demand zone mampu dipertahankan. “IHSG masih dalam posisi menguat dan berhasil bertahan di atas demand zone 8.612. Potensi buy on weakness terbuka selama area ini tidak ditembus,” tambah William.
Untuk perdagangan Senin (15/12/2025), William memproyeksikan IHSG bergerak menguat dalam kisaran terbatas. “Kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak menguat dengan range di area 8.600 hingga 8.700,” katanya.
Adapun saham-saham yang direkomendasikan secara teknikal untuk dicermati antara lain JPFA dengan target 2.840-2.900, PGAS di kisaran 1.885-1.900, serta KLBF dengan target 1.260-1.320.





KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto mengapresiasikinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan jumlah perusahaan baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Airlangga bilang kinerja IHSG yang sudah naik hampir 20% sejak awal tahun 2025. Melansir RTI, IHSG pada perdagangan sesi I hari ini (12/12) naik 19,75% secara year to date (YTD).
“Ini satu capaian yang relatif baik dibandingkan Bursa (negara) lain,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (12/12).
Selain itu, investor retail juga dia nilai memiliki pertumbuhan yang baik, tumbuh 32% year to date. “Bursa karbon pun sudah mulai diperdagangkan hampir Rp 80 miliar,” katanya.
Lebih lanjut, jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di tahun 2025 juga menjadi sorotan.
Airlangga bilang, jumlah perusahaan IPO saat ini ada 24 perusahaan dan meraup dana dari aksi tersebut lebih dari Rp 15 triliun per November 2025.
“Masih ada beberapa perusahaan lagi yang IPO, sekitar 13 perusahaan siap dan 7 merupakan perusahaan dengan kapitalisasi cukup besar,” katanya.
Per Desember 2025, Bursa juga kedatangan satu perusahaan baru lagi, yaitu PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO). Sehingga, total perusahaan yang IPO per hari ini ada 25 emiten.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, pertumbuhan IHSG hingga November 2025 melampaui penguatan pasar saham Amerika Serikat, Inggris, Australia, serta beberapa negara Asia. IHSG juga berhasil pecah rekor dengan menyentuh All-Time High (ATH) beberapa kali sepanjang tahun ini.
“IHSG juga berhasil mencapai all time high pada tanggal 2 Desember 2025 pada poin 8.617,04, meskipun sebelumnya indeks acuan sempat mengalami koreksi yang cukup dalam pada semester I,” ujarnya dalam acara Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Jumat (12/12/2025).
Kata Nyoman, capaian tersebut didorong penguatan sejumlah indikator, seperti likuiditas perdagangan, peningkatan jumlah investor, dan emiten. Nyoman menyebut, rata-rata nilai transaksi harian IHSG tumbuh sebesar 34% secara tahunan (YoY), menembus lebih dari Rp 17 triliun per hari.
“Pertumbuhan basis investor ritel yang lebih dari 32% sepanjang tahun ini juga menjadi salah satu pendorong stabilitas dan kedalaman pasar,” katanya.
Dalam catatan Kontan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengantongi rencana penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) dari 16 perusahaan dalam pipeline.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan bilang penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal terpantau tetap kuat.
“Di mana, target realisasi penghimpunan dana 2025 sebesar Rp 220 triliun telah terlampaui,” jelasnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (11/12/2025) kemarin.





KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam pada perdagangan terbaru setelah Federal Reserve memberi sinyal kebijakan yang lebih hawkish untuk 2026.
Pada penutupan perdagangan Kamis (11/12/2025), IHSG ditutup melemah 0,92% ke level 8.620,48, memperlihatkan tekanan lanjutan setelah sehari sebelumnya indeks sempat jatuh lebih dari 1,35% usai The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,5%-3,75%.
Pasar langsung berubah arah setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa kemungkinan hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2026.
Pernyataan tersebut memicu sentimen risk-off di pasar global. Harga aset berisiko merosot, emas sempat menyentuh level resistance penting, dan IHSG yang baru saja mencetak rekor all time high di 8.740 harus berbalik terkoreksi lebih dari 1,35% ke level 8.583.
Pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, menilai tekanan yang terjadi bersifat reaksi cepat terhadap perubahan ekspektasi kebijakan The Fed.
“Pasar sempat bereuforia karena berharap akan ada pelonggaran lanjutan. Tapi begitu Powell menegaskan hanya satu kali pemangkasan tahun depan, sentimen langsung berubah,” katanya dalam keterangannya, Kamis (11/12/2025).
Meski terkoreksi, Hendra melihat peluang IHSG untuk kembali menguat dan mengejar target 9.000 pada akhir 2025 masih terbuka.
Prospek tersebut ditopang oleh valuasi pasar Indonesia yang relatif lebih murah dibanding negara Asia lainnya, fundamental emiten big caps yang solid, serta potensi arus dana asing kembali masuk ketika ketidakpastian The Fed mereda.
Stabilitas rupiah dan arah kebijakan suku bunga domestik dinilai menjadi faktor penting bagi kelanjutan tren pemulihan indeks pada paruh kedua 2025.
Koreksi tajam saham-saham konglomerat pada perdagangan ini, menurut Hendra, lebih mencerminkan penyesuaian risiko global ketimbang melemahnya kepercayaan investor terhadap pasar domestik.
“Foreign outflow yang terjadi juga relatif ringan dan lebih terkait reposisi portofolio menjelang akhir tahun,” jelasnya.
Tekanan terbesar terjadi pada sektor properti, teknologi, dan infrastruktur yang sensitif terhadap suku bunga, sementara sektor energi justru menguat seiring stabilnya harga komoditas.
Di tengah volatilitas yang tinggi, momentum koreksi disebut dapat dimanfaatkan investor untuk menerapkan strategi buy on weakness secara selektif pada saham-saham berfundamental solid.
Hendra menilai peluang akumulasi menarik terdapat pada saham berlikuiditas besar, sektor energi, serta emiten berbasis komoditas yang berpotensi mengalami rerating valuasi.
Beberapa saham yang direkomendasikan antara lain SCMA dengan target harga Rp500 per saham seiring perbaikan monetisasi digital, BUMI dengan target Rp400 per saham yang memperoleh sentimen prospek masuk MSCI pada Februari 2026, dan BRMS dengan target Rp1.035 per saham didukung progres ekspansi tambang emas.
Selain itu, saham BULL dengan target harga Rp356 per saham dinilai menarik berkat meningkatnya permintaan angkutan energi.
Hendra menegaskan bahwa meski gejolak jangka pendek masih terasa, pasar domestik memiliki peluang kuat untuk kembali pulih seiring meredanya ketidakpastian global dan meningkatnya minat terhadap aset berisiko tahun depan.





Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal dipengaruhi oleh hasilrapat Federal Open Market Committee (FOMC). Di mana, The Fed diproyeksikan berpotensi memangkas suku bunga acuannya.
Pengamat Pasar Modal & Co-Founder Pasar Dana Hans Kwee menuturkan walaupun data ekonomiAmerika Serikat (AS) yang dirilis pasca penutupan pemerintah 43 hari cukup beragam, tetapi tetapmendukung pemangkasan bunga 25 basis point (bps).
Hansmencermati probabilitas pemotongan bunga Desember 2025 tetap tinggi, naik signifikan hanya dalam satu bulan terakhir. Pelaku pasar menantikan komentar pejabat the Fed pasca pertemuan Desember 2025.
“The Fed berpotensi memotong bunga sebesar 25 bps, tetapi pasar sudah price in kebijakan ini,” kata Hanskepada KONTAN, Minggu (7/12/2025).
Hal tersebut telah tercermin pada pergerakan IHSG yang terus mencetak rekor tertinggi baru, bahkan menembus level psikologis baru. Pada akhir perdagangan Jumat (4/12), IHSG parkir di level 8.632,716.
Dalam sepekan terakhir, IHSG mampu menguat 1,46%. Penguatan tersebut turut didorong oleh aliran dana asing. Di mana, dalam sepekan terakhir asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,09 triliun di seluruh pasar.
Setali tiga uang, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan tren penguatan indeks masih ditopang kombinasi faktor global. Di mana, probabilitas pemangkasan pemangkasan suku bunga The Fed naik di atas 85%.
Menurutnya, optimisme investor kini banyak dipengaruhi ekspektasi kebijakan moneter AS yang lebih dovish. Sentimen tersebut diperkuat oleh inflasi AS yang kembali berada di bawah 3% serta melemahnya pasar tenaga kerja.
“Penguatan IHSG sangat dipengaruhi oleh sentimen positif dari optimisme pemangkasan suku bunga The Fed, apalagi peluangnya di atas 85%,” kata Nafan.
Selain faktor eksternal, data makro domestik yang akan dirilis, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan ritel yang diproyeksi memberi dukungan tambahan terhadap pergerakan pasar.
Nafan juga menyoroti dinamika IPO yang meningkat menjelang akhir tahun, yang berpotensi mendorong kapitalisasi pasar. Menurut dia, gelaran IPO akan menjadi pendorong bagi IHSG.
“Berbagai sentimen positif ini turut membuka peluang terjadinya window dressing dan Santa Claus Rally. Mengingat tren historis IHSG yang cenderung bullish dalam 25 tahun terakhir,” ucapnya.
Namun sebelum bisa lanjut menguat sampai akhir tahun, IHSG rawan mengalami koreksi pada pekan ini. Lantaran, IHSG sudah melaju cukup kencang sejak awal Desember 2025.
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila memproyeksikan, IHSG rawan mengalami koreksi akibat aksi profit taking. Untuk itu, dia menyarankan investor agar waspada.
“Waspada akan ada profit taking terlebih dahulu karena pasar juga akan mencermati potensi penurunan suku bunga acuan AS yang probabilitas penurunannya semakin besar,” tutur Indy.
Dia memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 8.500–8.600 untuk sepekan ke depan. Senada, Hans juga memperkirakan IHSG akan konsolidasi melemah dengan support di level 8.591–8.493 dan resistance di level 8.689–8.750.
Sementara, Nafan memproyeksikan IHSG akan menguji support di level 8.600–8.553 dalam sepekan dengan resistance di 8.666–8.706. Adapun saham pilihannya jatuh pada ANTM, ARCI, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRMS, BRPT, ELSA, EMTK, ENRG, JPFA, MEDC, MYOR, PGAS, SCMA, UNVR.





KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sekuritas mulai memproyeksikan IHSG bergerak menuju area 9.000 hingga 10.000 pada tahun 2026. Hal itu, seiring ekspektasi penurunan suku bunga global dan pemulihan ekonomi.
Investment Analyst Edvisor Provina VisindoIndy Naila mengatakan,proyeksi tersebut cukup realistis selama ada dukungan katalis ekonomi dan sektoral.
Indy bilang, IHSG berpotensi mencapai kisaran 9.000 sampai 9.500 pada tahun 2026 mendatang dengan salah satu pendorong utamanya adalah penurunan suku bunga yang dapat menggerakkan aktivitas ekonomi dan memperbaiki sentimen pasar.
“IHSG bisa mencapai level sekitar 9.000 - 9.500 menurut proyeksi kami, dengan keadaan suku bunga turun sehingga harapan ada pendorong ekonomi serta ke sektoril juga,” kata Indy kepada Kontan, Jumat (5/12/2025).
Menurutnya, sejumlah sektor berpeluang unggul tahun depan. Sektor perbankan, konsumer, bahan baku, dan properti diperkirakan masih dapat mencatat pertumbuhan positif seiring potensi peningkatan daya beli masyarakat.
“Sektor perbankan, konsumer, bahan baku dan properti berpotensi tumbuh di 2026 dengan harapan daya beli meningkat,” jelasnya.
Dari sisi emiten, Indy menyoroti beberapa saham yang dinilai menarik untuk dikoleksi pada 2026. Yakni, MIKA dinilai memiliki prospek kuat berkat perbaikan operating income dan sales growth. Selain itu, BMRI dan BBCA juga tetap atraktif karena sektor perbankan berada dalam tren positif, ditambah potensi stimulus pemerintah dan daya tarik dividen.
“MIKA menarik karena dari sisi operating income dan sales growth pertumbuhannya membaik. Lalu BMRI dan BBCA juga menarik karena sektor perbankan positif, harapan juga ada stimulus penggerak ekonomi dari pemerintah yang bisa mendorong kinerja keuangan. Ditambah lagi biasanya BMRI dan BBCA menawarkan dividen menarik,” tutur Indy.
Meski prospek 2026 terlihat menjanjikan, investor tetap perlu mencermati sejumlah risiko. Indy menilai kekhawatiran inflasi pangan, pelemahan daya beli, perlambatan ekonomi, serta potensi arus dana asing yang berpindah ke emerging markets lain dapat membatasi ruang apresiasi IHSG.
“Kekhawatiran ada inflasi yang naik karena harga pangan dan daya beli yang melemah sehingga ada perlambatan ekonomi, serta potensi arus dana asing yang lebih memilih emerging markets lain,” tutup Indy.





Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan Kamis (4/12/2025), ditopang aliran dana asing yang mencatat pembelian bersih (net buy) jumbo mencapai Rp 1,7 triliun di seluruh pasar.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui RTI, IHSG ditutup naik 0,33% atau 28,40 poin ke level 8.640,19.
Sepanjang sesi, indeks bergerak stabil di zona hijau dalam rentang 8.606–8.650.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguat Terbatas Jumat (5/12), Begini Rekomendasi Analis
Aktivitas perdagangan juga terbilang ramai. Total volume transaksi mencapai 51,36 miliar saham dengan nilai perdagangan Rp 21,19 triliun.
Sebanyak 358 saham menguat, 302 saham melemah, sementara 140 saham lainnya stagnan.IHSG Makin Bersinar Hari ini, 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi 4 Desember 2025© 2025 Konten oleh Kontan
Lonjakan minat beli investor asing menjadi salah satu pendorong utama penguatan indeks.
Namun di tengah kenaikan IHSG, investor asing tampak banyak melepas saham-saham big caps perbankan.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguji Resistance pada Jumat (5/12), Simak Rekomendasinya
Berikut 10 saham net sell terbesar asing pada Kamis (4/12)
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 242,62 miliar
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 174,61 miliar
3. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 65,58 miliar
4. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp 47,13 miliar
5. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (BRMS) Rp 47,13 miliar
6. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) Rp 40,11 miliar
7. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 39,32 miliar
8. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Rp 38,17 mliar
9. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) Rp 34,9 miliar
10. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 16,61 miliar
Label putih
Data API
Web Plug-ins
Pembuat Poster
Program Afiliasi
Berdagang Instrumen Keuangan Seperti Saham, Mata Uang, Komoditas, Kontrak Berjangka, Obligasi, Dana, Atau Mata Uang Kripto Adalah Perilaku Berisiko Tinggi, Termasuk Kehilangan Sebagian Atau Seluruh Jumlah Investasi Anda, Sehingga Perdagangan Tidak Cocok Untuk Semua Investor.
Anda Harus Melakukan Uji Tuntas Anda Sendiri, Menggunakan Penilaian Anda Sendiri, Dan Berkonsultasi Dengan Penasihat Yang Memenuhi Syarat Saat Membuat Keputusan Keuangan Apa Pun. Konten Situs Web Ini Tidak Ditujukan Kepada Anda, Situasi Keuangan Atau Kebutuhan Anda Juga Tidak Diperhitungkan. Informasi Yang Terdapat Di Situs Web Ini Belum Tentu Tersedia Secara Waktu Nyata, Juga Belum Tentu Akurat. Setiap Pesanan Atau Keputusan Keuangan Lainnya Yang Anda Buat Sepenuhnya Menjadi Tanggung Jawab Anda Dan Anda Tidak Boleh Bergantung Pada Informasi Apa Pun Yang Disediakan Melalui Situs Web. Kami Tidak Memberikan Jaminan Apa Pun Untuk Informasi Apa Pun Di Situs Web Dan Tidak Bertanggung Jawab Atas Kerugian Transaksi Apa Pun Yang Mungkin Timbul Dari Penggunaan Informasi Apa Pun Di Situs Web.
Dilarang Menggunakan, Menyimpan, Menggandakan, Menampilkan, Memodifikasi, Menyebarluaskan Atau Mendistribusikan Data Yang Terdapat Dalam Situs Web Ini Tanpa Izin Tertulis Dari Situs Web Ini. Semua Hak Kekayaan Intelektual Dilindungi Oleh Pemasok Dan Bursa Yang Menyediakan Data Yang Terdapat Di Situs Web Ini.
Tidak Masuk
Masuk untuk mengakses lebih banyak fitur

Anggota FastBull
Belum
Pembelian
Masuk
Daftar