
Gangguan Cloudflare global pada 18 November telah memasuki fase pemulihan, tetapi dampaknya terhadap industri perdagangan masih terasa. Sebagian besar platform yang terdampak—termasuk broker seperti Monaxa, Skilling.com, Xtrade, dan FXPro—telah memulihkan akses secara bertahap, tetapi "operasi yang melambat" selama beberapa jam telah memberikan dampak nyata pada arus perdagangan dan likuiditas.

Meskipun broker-broker besar belum mengungkapkan kerugian akibat penghentian layanan kepada publik, estimasi pasar menunjukkan bahwa selama jam-jam perdagangan inti yang terdampak penghentian layanan, industri ini mungkin telah kehilangan sekitar $1,58 miliar dalam volume perdagangan, setara dengan sekitar 1% dari omzet broker bulanan (perkiraan dampak pada spread dan pendapatan komisi untuk bulan tersebut). Estimasi ini didasarkan pada sampel volume perdagangan industri dan konsentrasi aktivitas selama periode penghentian layanan.
Efek yang sama pentingnya adalah keterlambatan dalam perilaku pengguna. Para trader melaporkan bahwa mereka menghentikan aktivitas mereka ketika tidak dapat masuk, menyetor dana, atau menutup posisi tepat waktu. Bahkan setelah sistem dipulihkan, ritme trading kembali normal membutuhkan waktu. Banyak broker menganggap efek tak berwujud ini sebagai bentuk "biaya tersembunyi".
Selain itu, beberapa layanan pihak ketiga—seperti gateway pembayaran, verifikasi identitas, dan situs web analitik—juga mengalami perlambatan secara bersamaan, yang menyebabkan seluruh rantai industri beroperasi dengan kecepatan yang lebih rendah selama pemadaman. Diskusi industri semakin bergeser dari "apa yang salah dengan Cloudflare" menjadi "apakah kita terlalu bergantung pada satu penyedia?"
Efek Riak Global: Lebih dari Sekadar Pialang
Selain broker individu, pemadaman tersebut memengaruhi beberapa area penting: